Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Sehat
Mengatasi sentimen negatif isu beras dan membangun ketahanan pangan
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-04 19:59:31【Sehat】113 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Buruh mengangkut beras di salah agen beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. ANTAR

Jakarta (ANTARA) - Isu soal beras selalu menjadi topik sensitif yang mudah memicu reaksi publik. Tidak sekadar karena beras adalah makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia, tapi karena harga, ketersediaan, dan kualitasnya sangat erat kaitannya dengan rasa aman masyarakat.
Dalam beberapa pekan terakhir, sentimen negatif terhadap kebijakan mengenai beras kembali mencuat di ruang publik, mencerminkan keresahan kolektif atas dinamika yang terjadi.
Sentimen negatif ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah, kengakpuasan atas kualitas beras, hingga kekhawatiran terhadap nasib petani.
Di sisi lain, fenomena mengenai beras ini seharusnya ngak hanya dibaca sebagai keluhan, tapi sebagai sinyal sosial yang perlu dikelola secara bijak agar ngak berkembang menjadi kengakpercayaan yang lebih luas.
Salah satu sumber utama sentimen negatif mengenai beras ini datang dari persepsi publik terhadap kebijakan pemerintah. Kenaikan harga beras, misalnya, sering dianggap sebagai bukti kengakmampuan negara menjaga stabilitas pangan.
Kekurangan pasokan beras di pasar, yang terkadang terjadi akibat gangguan distribusi, juga menambah frustrasi masyarakat. Ketika kualitas beras yang beredar dianggap menurun, rasa kecewa itu makin menguat.
Kritik serupa muncul dalam aspek distribusi, masih ada daerah yang mengalami kesulitan memperoleh beras dengan harga terjangkau karena distribusi ngak merata atau mekanisme logistik yang ngak efisien.
Kekhawatiran lain muncul dari kondisi petani, yang sering dianggap ngak mendapatkan harga jual beras yang adil, meskipun konsumen di tingkat akhir membayar harga tinggi.
Sentimen negatif pun semakin diperkuat oleh spekulasi dan praktik penimbunan beras oleh oknum yang ingin meraup keuntungan, mencipngakan kelangkaan semu dan mendongkrak harga.
Selain faktor-faktor teknis tersebut, kondisi ekonomi makro turut memperkeruh situasi. Kengakpastian ekonomi global maupun domestik dapat mempengaruhi harga bahan pangan, termasuk beras.
Fluktuasi harga pupuk, energi, dan transportasi berdampak pada biaya produksi dan distribusi beras, yang pada akhirnya membebani konsumen. Perubahan regulasi pemerintah yang dinilai ngak berpihak pada sektor pertanian juga bisa menimbulkan resistensi.
Bahkan, faktor emosional, seperti kepanikan pasar dan reaksi berlebihan terhadap isu-isu pangan turut memainkan peran dalam membentuk sentimen negatif mengenai beras yang meluas.
Kepercayaan publik
Dinamika mengenai beras ini semakin kompleks, ketika keterbatasan informasi dan pengaruh media yang besar dalam menyebarkan informasi.
Ketika masyarakat ngak mendapatkan penjelasan yang transparan tentang stok, harga, atau kebijakan mengenai beras, spekulasi akan berkembang liar.
Di era media sosial, informasi mengenai beras yang ngak diverifikasi dapat menyebar lebih cepat daripada klarifikasi resmi, sehingga membentuk persepsi publik yang sulit dikendalikan. Lebih jauh lagi, isu perberasan sering kali dijadikan alat politik oleh kelompok tertentu.
12Tampilkan SemuaSuka(543)
Artikel Terkait
- TNI AU bangun dapur SPPG untuk program MBG di Yogyakarta
 - Makanan yang mampu mencegah kram otot saat olahraga
 - Ini 11 penyakit yang dinyangakan ngak lolos syarat kesehatan jamaah haji
 - BGN perkuat kapasitas penjamah pangan tingkatkan kualitas MBG
 - Riset: Kril Antartika enggan konsumsi makanan bermikroplastik
 - Anggota DPR: MBG menurunkan stunting, tingkatkan kualitas pendidikan
 - 12 SPPG yang langgar SOP siap beroperasi kembali
 - Anggota Komisi VII DPR: Maksimalkan promosi wisata Kalbar lewat medsos
 - Dinkes DKI catat 1,9 juta kasus ISPA hingga Oktober 2025
 - 12 SPPG yang langgar SOP siap beroperasi kembali
 
Resep Populer
Rekomendasi

Mahasiswa USU cipngakan wadah makanan dari limbah sawit dan daun pepaya

Anggota DPR: MBG menurunkan stunting, tingkatkan kualitas pendidikan

Realisasi investasi triwulan III di Sumut capai Rp42,36 triliun

Perjalanan dua KA di Jember alami keterlambatan akibat banjir Semarang

Anggota Komisi IX DPR: MBG "senjata perang" pemerintah bangun masa depan

Waspadai dampak paparan mikroplastik terhadap kesehatan

Uji nyali makan menu seram sambil jelajah labirin berhantu

Wajah baru M Bloc Space beri ruang lebih untuk pergerakan kreatif